Peningkatan Kapasitas SDM Santri dengan Mengoptimalkan Digitalisasi

Trenddjakarta.com – Pesatnya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memberikan kemudahan kepada semua orang untuk dapat mengakses, mendapatkan dan memberikan informasi secara cepat dan mudah. Sayangnya, pemanfaatan ini tidak banyak dirasakan oleh para santri yang ada di pondok pesantren.

Drs. Wiryanta, M.A., Ph.D selaku Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengatakan bahwa generasi muda sebagai generasi produktif harus memiliki kompetensi yang dapat menunjang produktivitas nasional.

Melansir data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik mengenai Sensus Penduduk Tahun 2020 menyatakan bahwa jumlah generasi milenial di Indonesia sebanyak 26% dan jumlah generasi z di Indonesia sebanyak 27% dari jumlah penduduk di Indonesia.

“Artinya, struktur penduduk di Indonesia di atas 50% nya adalah generasi muda yang produktif,” kata Wiryanta selaku narasumber pada Webinar Forum Diskusi Publik yang digelar oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik dengan tema ‘Pembangunan SDM melalui Digitalisasi di Lingkungan Santri’ secara virtual, Jakarta (8/06/2022).

Mengutip pernyataan dari Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia, Johnny Gerald plate menyampaikan dalam rangka mengkampanyekan program literasi nasional kita semua harus berpegang pada empat pilar, yaitu digital attack, digital culture, digital skill, dan digital cyber .

“dalam menunjang itu semua kita harus melibatkan para santri untuk berliterasi digital,” ujar Wiryanta.

Menurutnya, Literasi digital dilakukan bukan hanya untuk mengetahui tetapi juga menguasai, memanfaatkan, dan mengendalikan teknologi digital. Tentunya penguasaan teknologi itu harus berbasis dengan ajaran-ajaran yang sudah diberikan di lingkungan pesantren, sehingga kita tidak akan terlepas dari akar dan budaya santri.

“Dengan begitu para santri dapan berproduktivitas digital sesuai dengan kemampuan dan keinginannya masing-masing,” pungkasnya.

Sementara itu, narasumber berikutnya Anggota Komisi I DPR RI, H. Teuku Riefky Harsya, M.T mengatakan bahwa sumber daya manusia memainkan peran penting dalam mewujudkan kinerja pembangunan yang optimal.

Menurutnya, di era digital saat ini, pengembangan SDM di lingkungan pesantren diharapkan mampu hadir demi terciptanya SDM unggul yang nantinya akan memajukan Aceh dan dapat memberikan dampak positif secara nasional. Santri sebagai aktor utama diharapkan mampu mengandalkan perangkat digital dalam berinovasi di pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, pariwisata hingga ekonomi.

Berdasarkan data dari Kementerian Agama Republik Indonesia saat ini terdapat 27.722 pesantren di Indonesia dengan jumlah santri sebanyak 4.175.000 jiwa.

“Dengan jumlah tersebut kita berharap para santri dapat menjadi modal utama bagi Indonesia dalam menggerakkan perekonomian dan peningkatan kapasitas SDM santri dengan mengoptimalkan digitalisasi,” ujar Politisi Fraksi Demokrat.

Oleh karena itu pembekalan digitalisasi untuk mengembangkan SDM sangat diperlukan, khususnya dalam menyambut bonus demografi. Pemanfaatan digital juga diharapkan mampu menciptakan SDM santri yang memiliki daya saing dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, serta mandiri dalam menghasilkan karya-karya.

“Saya mengajak kita semua untuk tetap optimis dalam upaya pembangunan SDM yang unggul, karena dengan SDM yang unggul lah kita akan mampu menghadirkan kemajuan dan mewujudkan generasi bangsa yang cakap dan mumpuni,” harap Riefky sambil menutup pemaparan.

Narasumber terakhir, Abdul Muhaimin, HB., S.Sos selaku Wakil Direktur Ma’had Aly Mudi mengatakan bahwa perkembangan teknologi telah membawa para santri pada tantangan yang berbeda dengan para ulama terdahulu.

Perubahan sosio-kultural masyarakat modern membuat santri saat ini harus berhadapan dengan masyarakat yang tergantung pada teknologi. Kenyataan ini tentu menghadirkan permasalahan yang baru sekaligus berbeda dari sebelumnya.

“Kejahatan digital seperti caci maki, berita hoax, penyebaran aliran sesat, radikalisme dan semacamnya adalah kenyataan yang telah terjadi di dunia digital era ini,” sebut Abdul.

Walau demikian, kehadiran digital juga menjadi peluang efektifitas dalam berdakwah. Dakwah dulunya terbatas pada komunitas tertentu, kini sudah lebih terbuka dan efisien. Sudah saatnya santri produktif mengoptimalkan jejaring sosial, aplikasi mobile, website dan semacamnya pada wadah dakwah.

“Dengan menerapkan sikap ini diharapkan kehadiran santri meramaikan digital akan mempu menanggulangi tantangan dalam bidang agama, masyarakat dan kebangsaan,” harap Wakil Direktur Ma’had Aly Mudi.

Dalam akhir pemaparannya ia mengatakan, kehadiran digital santri jangan sampai mengesampingkan tugas belajar. Dan, kehadiran digital adalah inovasi baru yang patut diterima dengan tanpa meninggalkan prinsip lama pesantren.(Td/Man)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *