Trenddjakarta.com – Jakarta, 21 September 2018 – Pentas politik di Negara kita telah terlihat. Sejalan dengan itu banyak bermunculan pembentukan relawan dan diskusi untuk memenangkan masing masing calonnya. Dengan kondisi politik yg memanas akhir akhir ini memotivasi presidium 212 mengadakan kegiatan diskusi. Pemilu Parpol, Pilpres,dan Pilkada adalah “peristiwa politik”. Meski begitu, setiap kali Indonesia menggelar “pentas politik” ini, agama selalu campur tangan dan ‘ikut nimbrung’.
Setiap kali pagelaran politik ini digelar, para ulama dan tokoh agama (termasuk ustad, pemimpin ormas keagamaan, penceramah, pimpinan institusi agama, akademisi, dan lain sebagainya) ikut sibuk meramaikan , bahkan terjun langsung mencalonkan diri sebagai pasangan calon (paslon) tertentu.
Fenomena paslon dari kelompok ulama dan tokoh agama ini sudah menjadi trend pasca rontoknya rezim Orde Baru tahun 1998 yang menandai dibukanya kembali kran demokrasi di Indonesia setelah sekian lama “mati suri”. Sejak itu, lantaran ada peluang dan kesempatan untuk menjadi politisi atau birokrat, banyak para tokoh agama dan ulama yang kambuh berpolitik. “Sampai saat ini, banyak tokoh agama dan ulama yang bergairah terhadap politik-kekuasaan. Tetapi kesemuanya itu sah sah saja selama tidak melanggar hadits, demikian ungkap Drs.H.M Jusuf Rizal sebagai salah satu pembicara dalam diskusi yang di adakan alumni presidium 212.
Simaklah hiruk-pikuk para tokoh agama dan ulama menjelang Pilkada ini. Karena didorong oleh “nafsu”, ambisi, keinginan, dan kepentingan tertentu (baik kepentingan politik-ekonomi maupun kepentingan ideologi-keagamaan), sesuai dengan pasion mereka. Demi memuluskan jalan bagi paslon yang mereka dukung itu, mereka juga tidak segan-segan menyitir ayat-ayat dan teks-teks keagamaan sebagai “legitimasi teologis”.
Ada yg buli Yusuf Marta mendadak jadi ulama jadi kita berharap di acara kita ini ada ulama yg bisa memberikan nuansa2 pencerahan keutamaan maupun kebangsaan, sehingga bagaimana ulama ini memberikan Tausyah yang baik dan tidak provokator yang mengajak Amar ma’ruf nahi mungkar, tetapi bagaimana pemilu aman damai dan lancar sehingga kita bisa menikmati presiden baru harapan kita semua, dan jangan sampai pemilu dinodai anasir2 yg ingin mengganti dasar Pancasila.
Maka harapan kami dalam diskusi ini bisa memposisikan diri sebagai pihak yang netral dan terus mendukung keamanan dan kelangsungan pentas politik di negara Indonesia.
Pesan terakhir kepada pihak aparat keamanan agar bersikap netral dan jangan memihak kepada satu organisasi tertentu, dan bisa mengayomi masyarakat seutuhnya.(Ully)