TrenddJakarta.com – Senin 5 Maret 2019. Produksi Film Negara (PFN), BUMN yang berkiprah di bidang perfilman kembali memproduksi film setelah 25 tahun. Film berjudul ”Kuambil Lagi Hatiku” (Borobudur Love Story) menggandeng pihak Taman Wisata~Candi Borobudur, Prambanan yang merupakan BUMN Vang bergerak di bidang pariwisata serta bekerjasama dengan Wahana Kreator Nusantara. Film ini disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis dengan Salman Aristo menjadi produser dan penulis skenario.
Film bercerita tentang Sinta seorang India keturunan yang tengah merencanakan pernikahan dengan Vikas. Namun menjelang pernikahannya, Widi sang ibu mendadak kabur ke Indonesia. Sinta yang didesak untuk mempercepat pernikahan oleh calon mertua, terpaksa mencari tahu ibunya pergi kemana. Setengah mati Sinta memutar otak mengira-ngira kemana tujuan sang ibu. Dia teringat dengan kotak tua kenangan ibunya dan mendiang sang ayah. Di kotak itu, Sinta menemukan foto – foto lama orang tuanya di Borobudur. Tanpa pikir panjang, Sinta nekat pergi menyusul Widi untuk membawanya pulang. Vikas awalnya bersikeras untuk menemani, namun Sinta butuh Vikas supaya bisa mengatihkan perhatian keluarganya. Semua démi rentetan upacara pernikahan mereka. Vikas setuju, dengan syarat, Sinta harus selalu mengabari Vikas setiap waktu. Sinta mengiyakan. Bermodalkan beberapa foto lama orang tuanya, Sinta pergi ke kampung sang ibu, yang bahkan tak pernah dia ceritakan sebelumnya, Desa Borobudur.
Dibintangi oleh Lala Karmela, Cut Mini, Dimas Aditya, Ria lrawan, Sahil Shah, Dian Sidik. dan Ence Bagus. Film ini sudah memulai produksi pada September 2018 dan akan ditayangkan pada 21 Maret 2019.
Mengambil latar keindahan Candi Borobudur, film ini hendak memperlihatkan tentang kekayaan budaya dan keberagaman Indonesia.
Pemilihan Borobudur bukan sekadar seting film, namun juga merupakan sebuah aspek penting dari film. Patut diingat bahwa Candi Borobudur adalah bangunan yang termasuk dalam World Heritage Site oleh UNESCO.
Film ”Kuambil Lagi Hatiku’ merupakan produksi terbaru dari PFN setelah terakhir melakukannya di era 90-an. PFN merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia pada saat terbentuk. Berdiri di tahun 1934, sejarah perfilman lndonesia tak lengkap jika tidak
membahas PFN. PFN adalah saksi sejarah perjuangan bangsa dan salah satu perusahaan perfilman yang tetap bertahan hingga sekarang .
Pada masa aktifnya , PFN memproduksl film dokumenter bertema kepahlawanan, lalu berkembang membuat film cerita yang bertema pendidikan dan penerangan yang
mencerminkan nilai- nilai luhur bangsa lndonesia. Dua film terakhir yang digarap adalah ‘Pelangi
di Nusa Laut ” (1992) dan ‘Surat Untuk Bidadari” (1994).
Selain TWC, sejumlah BUMN juga turut mendukung proses produksi film ini di antaranya Pertamina, Pelindo 3, Jasa Raharja, Wijaya Karya, Perusahaan Gas Negara, Bank Mandiri, Bank BTN, Patra jasa, Pupuk Indonesia, dan Garuda Indonesia.(ully)