Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA Indonesia) Kembali Menggelar Diskusi Daring.

TrenddJakarta.com-Untuk keenam kalinya, Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA Indonesia) menggelar Diskusi Daring, Hari ini, Jumat (22/05/2020). Pada diskusi kali ini, peserta diajak untuk mendengar pernyataan, masukan, kritik dan harapan dari beberapa prespektif Gereja mengenai peluang Partai Kristen di pemilu 2024. Dipandu oleh Ricardo Marbun Jurnalis Pewarna Indonesia, diskusi yang berlangsung dua jam dan diikuti peserta dari beberapa Dirjen Bimas Kristen Kemenag,Ketua Umum PGI,Ketua Umum PGLII,Ketua Umum BPH GBI,Ketua Umum PGGP,Ketua Umum Ortodhox,Mpl dan mantan Ketum PBI Persekutuan Baptis Indonesia

Rubin Adi Abraham Ketua Umum BPH GBI Ini sebuah panggilan yang baik,tapi ada peluang kecil. Lembaga gereja tidak boleh praktis tapi didalam gereja banyak profesional merekalah yang menjadi garam dan terang,orang Kristen harus menjunjung nilai-nilai kekristenan kita bukan melihat dari partai kristennya. Partainya boleh eksekutif atau inklusif kalau kita mau menjangkau suara ya inklusif,usulan saya lebih baik kita dirikan partai tidak kristen tapi kita harus jalankan dengan nilai-nilai Kristen. Ketika pendeta hadir mereka harus cuti kependetaannya.

Gomar Gultom Ketua Umum PGI sejarah memperlihatkan ketika parkindo muncul,tidak ada gereja yang menolak. Sekarang kalau partai Kristen hadir? counter productnya lebih banyak kerugian yang mencolok adalah adanya kecenderungan mengidentik dengan wajah dan ucapan, kegagalan pencapaian politik akan berpengaruh pada anggapan kegagalan Kristus. Bisakah dijamin partai kristen itu hanya satu? Malah bisa bikin perpecahan suara,selain juga ke partai nasionalis.

Menurut Gomar Gultom Ada 7 level tanggung jawab politik gereja:
1.Mempengaruhi secara etis
2.Mendidik warga lewat pendidikan politik
3.Melakukan lobby
4.Mendukung calon tertentu untuk jabatan tertentu
5.Menjadi atau mendukung satu partai politik
6.Pembangkangan sipil
7.Partisipasi dalam revolusi

Shirley Ketua Umum PGGP apakah ada orang Kristen yang sanggup menerima mandat Allah? Kita harus berfikir secara global,menjadi garam dan terang bukan hanya untuk kekristenan tapi untuk setiap orang hal yang penting: Bahwa gereja tidak bias langsung dalam politik praktis. Tapi bias turut memberikan dasar atau nilai demokrasi yang benar dan bermoral, tetap ada peluang untuk partai politik kristen tapi dengan beberapa catatan penting gereja harus bias menghasilkan negarawan untuk bias bersaing. Terus lakukan edukasi politik dengan dasar firman Tuhan,melahirkan daniel-daniel baru juga janji politik bagus lalu lupa diri.

Ronny Mandang Ketua Umum PGLII, Bukan soal ada peluang atau tidak tapi mengapa harus partai Kristen lagi? Ini bukan soal politik identitas. Tapi nama Kristus yang kita usung kita juga harus melihat tarck record, ini dilematis juga satu sisi kita mau ada partai politik kristen. Tapi di sisi lain kita juga mempunyai tantangan yang bisa memberi noda.

Guntur MPL Dan Mantan Ketua Umum PBI Persekutuan Baptis Indonesia,sekecil apapun peluangnya bagaimana kalua tetap kita coba. Landasnya jangan agama tapi Pancasila yang sesuai dengan nilai Injil dan kristiani, misalkan bikin nama partai rakyat Nusantara tidak ada nama kristennya. Udeologi kita bikin Pancasila sehingga semua warga Indonesia bisa menerima,tetapi didalamnya kita isi dengan nilai-nilai kekristenan mewujudkannya dengan belajar dari pasca pandemic Corona. ini akan menjadi cara menjangkau massa untuk bikin terobosan baru dalam mendirikan partai.

Prof. Thomas Pentury Dirjen Bimas Kristen kementerian agama RI mengatakan “Saya sebetulnya tidak mau ikut acara ini karena topiknya berat bagi saya, perspektifnya yang pertama pribadi dan yang kedua karena jabatan sebagai Dirjen. Bagi saya peran itu yang harus dimainkan maksimal atau difungsikan maksimal apakah itu ditransfer sebagai partai atau secara pribadi bisa bergabung dengan partai yang sudah ada terutama dalam visi, visi kekeristenan itu mau dimana, kalo saya sebagai orang pemerintah sesuai dengan visi dan misinya Presiden. Yang paling pokok adalah gereja gereja sebagai suatu kesatuan dalam lingkup pergumulan kita yang sangat panjang. Kalau itu visinya sama kearahmana kita mau bergerak dalam perspektif kedepan maka ada dua pilihan. Pertama mengclaster sebagai satu partai atau melebur diri kedalam partai partai yang ada. Tinggal kita hitung mana yang memiliki pemilih terbesar, mana yang memberikan kontribusi terbesar dan mana yang memiliki pemilih terkecil. Ada berapa partai kristen yang sudah pernah ada dan seberapa besar kontribusinya bagi perkembangan kekristenan di Indonesia, apakah pernah diukur dengan benar apakah cukup signifikan sehingga orang kristen meninggalkannnya, inilah pengalaman partai partai kristen di Indonesia. Opsi kedua adalah satu visi masuk dalam satu unity partai partai nasional untuk memperjuangkan aspirasi partainya. Yang paling penting adalah visi kita harus sama untuk kekristenan di Indonesia. Keterbatasan sangat besar dalam segi pelayanan di pemerintahan. Visi itu harus diperjuangkan dalam institusi kelembagaan seperti DPR, Fraksi. Banyak orang kristen yang hadir di parlemen tapi dikomisi VIII hampir tidak ada” ungkapnya.