Inner Child: Memeluk Diri Sendiri demi Kewarasan di Masa Depan

trenddjakarta.com – Personil BTS, V mengulang kata-kata “We Gon’ Change” di lagu Inner Child yang ada di album Map of The Soul: 7 bukan tanpa makna. Trauma masa kecil begitu berpengaruh terhadap karakter, perjalanan, dan reaksi akan problem di masa pendewasaan seorang individu.

Inner child yang disebut-sebut sebagai luka masa kecil yang tak terdeteksi sampai seseorang beranjak dewasa. Menurut Dr Charity Ann Godfrey, terapis berlisensi dari Lifescape Integrative Team, Amerika Serikat, melihat kembali inner child dalam orang dewasa layaknya merawat trauma dan akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri.

Luka masa lalu ini bisa dirawat lewat terapi dalam beberapa tahap. Pertama; mengakui adanya luka atau trauma tersebut. Inner child ini mungkin terjadi di periode usia 0-9 tahun dan tidak tersentuh sampai akhirnya di usia dewasa terpicu dari problem lain. Langkah berikutnya, kembali meninjau kejadian masa lalu yang menyebabkan trauma. Tentu tahap ini tidak mudah dan cenderung ingin dilupakan saja.

Tahap berikutnya adalah melepaskan keresahan trauma dengan menuliskannya bisa lewat surat kepada diri sendiri atau menjurnal. Tahap ini diharapkan bisa jadi sarana meluapkan emosi, kesedihan, takut, amarah atau hal lain yang tidak bisa diungkapkan. Jika memungkinkan, ingatlah memori menyenangkan masa lalu ketika kecil sebagai pengingat baik yang berkebalikan dari trauma. Memori tersebut bisa membantu jadi penyangga ketika pemicu trauma muncul tiba-tiba.

Tentu saja praktik merangkul inner child ini tidak semudah itu dilakukan satu dua kali saja. Setiap individu perlu melatih dirinya dalam keseharian, misalnya memeluk diri sendiri setiap harinya, afirmasi positif seperti menulis hal-hal yang disyukuri setiap harinya atau berterima kasih pada diri sendiri. Praktik sederhana tentu juga bisa dilatih sejak kecil untuk memperkecil
potensi munculnya trauma yang kemudian muncul saat dewasa.

Berkata “maaf, tolong dan
terima kasih” adalah salah satu cara sederhana yang sebenarnya sangat efektif jika dilatih sejak dini. Mengucapkan tiga kata ajaib ini merupakan latihan menghargai orang lain dan juga self respect terhadap hal-hal kecil yang sangat besar maknanya.

Dalam episode DOMIKADO “Tiga Kata Ajaib”, karakter Beo akhirnya melakukan perubahan
besar ketika diingatkan oleh teman-temannya di Taman Domikado. Beo yang awalnya memberi
instruksi untuk bersih-bersih Taman Domikado, tidak menyematkan kata-kata ajaib tersebut. Cricket, Cis-Cis, Bea dan Astrobek merasa kurang dihargai sampai akhirnya Odi menyadarkan Beo sebaiknya Beo menggunakan kata “Tolong” ketika meminta sesuatu, dan tidak lupa mengucapkan “Terima Kasih” ketika sudah selesai dibantu. Tentu saja, Beo tidak lupa mengucapkan “Maaf” karena membuat teman-teman Beo merasa tidak nyaman. Lewat tiga kata ajaib ini, Beo bisa melihat teman-temannya merasa dihargai atas kerja kerasnya, dan bisa mengukur hal-hal sederhana yang sebenarnya membuat seseorang jadi naik kepercayaan diri serta self worth-nya.

Poin-poin sederhana ini bahkan di usia dewasa ini bisa melatih inner child
dan juga tidak takut untuk terus mencintai diri sendiri. Apabila ada trauma, apakah sudah terlambat untuk mengubah? Tentu saja tidak. Selalu ada kesempatan untuk berubah, seperti lirik lagu di awal tulisan ini, “We’re gonna change” jika ada kemauan untuk tidak mengabaikan perasaan-perasaan mengganggu. Untuk orang tua, inner child juga bisa dijadikan cara refleksi
yang berkaitan dengan pola asuh anak. Tidak ada kata terlambat untuk membuat perubahan
yang dimulai dari sendiri.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *