Sedih  Itu  Biasa Saja! Regulasi Emosi & Perasaan untuk Menjaga Kesehatan Fisik & Mental

trenddjakarta.com – Ada ungkapan dan lagu yang mengajak untuk tidak perlu khawatir, bersenang-senanglah, “Don’t Worry, Be Happy!”. Rasanya tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut tetapi jika dipahami lebih lanjut, apakah mungkin kita sebagai manusia mudah berpindah dari rasa sedih atau khawatir ke suasana hati yang ceria dengan cepat?

Dalam keseharian, normal untuk seseorang merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang disayangi atau karena merasa disakiti. Sama halnya dengan perasaan senang yang hadir karena menghabiskan waktu untuk
hal-hal menyenangkan seperti kumpul bersama teman atau keluarga, melakukan hobi atau meraih pencapaian seperti juara kelas dan kenaikan jabatan di pekerjaan.
Ketika seseorang merasakan perasaan bahagia atau gembira, ada serotonin yang mengalirkan energi dari sistem saraf di otak ke seluruh tubuh yang bisa mempengaruhi temperatur tubuh, pola tidur, sampai nafsu makan. Ketika seseorang secara mental atau psikis dalam keadaan baik, yang artinya serotonin berfungsi secara baik juga, kondisi fisik atau tubuh ikut menjadi lebih prima. Contohnya, sistem pencernaan yang baik dipicu oleh serotonin yang melepaskan
racun atau toksin di tubuh. Hasilnya, sistem pencernaan sampai proses buang air menjadi
lancar. Belum lagi, ketika serotonin membantu memudahkan konsentrasi dan juga bekerja lebih fokus. Happy thoughts, healthy body!

Namun tentu saja mustahil untuk seorang individu tetap bisa terus bahagia sepanjang
hidupnya. Perputaran emosi merupakan hal yang wajar dialami semua orang, bahkan
anak-anak sekalipun. Anak-anak merasakan berbagai macam roda emosi seperti kesedihan, khawatir, ketakutan, amarah, malu dan lain sebagainya. Dengan rentang usia yang beragam, ada kesulitan yang dialami mereka untuk menyampaikan perasaan tersebut secara verbal.

Yang biasa terjadi, anak-anak menunjukan emosinya lewat raut wajah, gestur tubuh lalu
kemudian perilaku. Ada beberapa cara untuk membantu mengungkapkan ekspresi kesedihan selain untuk mengajak seseorang atau anak-anak mengubah dirinya untuk langsung kembali ceria atau gembira. Pertama-tama, merasa sedih perlu dinormalisasi. Tidak apa jika sedang tidak gembira dan rasa sedih itu normal dirasakan. Ketika sudah berada dalam konsep yang meregulasi perasaan-perasaan selain bahagia, akan lebih mudah mengekspresikannya dengan kata-kata.

Salah satu contoh dalam episode DOMIKADO, ketika Odi sang awan penjaga Taman.Domikado merasa sedih awalnya ia sulit menyampaikan apa yang membuat dia sedih. Namun, ketika sahabat DOMIKADO hadir di sisinya dan Cis-Cis kemudian mengajak Odi untuk mengungkapkan perasaannya, Odi mulai bisa terbuka akan perasaannya dan menjadi lebih lega. Apa yang dirasakan Odi mungkin dirasakan banyak orang, termasuk anak-anak. Ada rasa
kehilangan, kedukaan dan juga berbagai perasaan lain yang tidak mudah diungkapkan karena ada rasa tidak nyaman.

Ketidaknyamanan itu menjadi pintu gerbang untuk bisa merasa lebih lega dengan cara menangis, menulis jurnal atau bercerita dengan orang terdekat tanpa harus
direspon atau diberi masukan. Apabila menghadapi teman seperti Odi, menjadi pendengar yang baik saja sudah cukup dan membuat mereka tahu kalau kita ada di sisinya tanpa harus berbuat apapun tetap menjadi penting dalam proses melepaskan kesedihan tersebut.

Bukan hanya Odi, Astrobek juga pernah merasa sedih ketika ia mengingat keluarganya..Bintang tamu Rachel Amanda mencoba mengajak Astrobek mengekspresikan perasaannya di
antara teman-temannya yang bercerita dengan antusias tentang keluarga. Jadi, siapa saja boleh merasa sedih asal mencoba untuk mengekspresikan dan meluapkan emosi agar
perasaan lebih lega ya! (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *