trenddjakarta.com, Jakarta, 2 Oktober 2024. Di tengah arus deras perkembangan teknologi, Gen Z kerap menjadi sasaran kritik yang tidak selalu berimbang, terutama menyangkut kesiapan mereka menghadapi dunia profesional. Menyikapi fenomena ini, ID COMM menggelar talkshow Sharing Session ID COMM (SSIDCOMM) yang bertajuk “Gen Z: Prove the Critics Wrong!” di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Acara ini di hadiri 150 peserta secara hybrid (25/9/24).
Acara ini menghadirkan trio pakar lintas bidang: Riska Fiati (Senior Account Manager ID COMM), Maya Sita (GM Human Capital di Human Initiative). Dan M. Iqbal Alif Oktrianda (Talent Manager dan International Talent Booker HWG Group). Mereka berdiskusi tentang strategi Gen Z dalam mematahkan stereotip negatif melalui pengembangan personal branding yang efektif.
Gen ini, yang tumbuh bersama era digital, sering di persepsikan sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi. Namun kurang memiliki situational awareness. Stereotip seperti minimnya komitmen kerja, ketergantungan berlebih pada teknologi dan fokus yang terlalu sempit pada isu-isu dunia maya kerap melekat pada mereka. Oleh karena itu, acara ini hadir untuk mengubah paradigma tersebut dan mengungkap potensi besar Gen ini dalam menghadapi tantangan dunia profesional.
Maya Sita, dengan pengalamannya memberdayakan Gen Z di dunia kerja, menggarisbawahi. “Mereka memang sangat peka terhadap tren dan adaptif dengan teknologi. Tantangan utamanya adalah mengarahkan mereka untuk memiliki situational awareness yang lebih kuat. Potensi mereka sangat besar, namun perlu di dukung dengan bimbingan yang tepat.”
Senada dengan Maya, Riska Fiati yang kerap berinteraksi dengan Gen Z di ranah komunikasi, menegaskan. Bahwa stereotip yang beredar tidak selalu mencerminkan realitas. “Kita sering mendengar anggapan bahwa Gen Z terlalu bergantung pada teknologi atau kurang berkomitmen. Namun, dalam banyak kesempatan, mereka justru menunjukkan kreativitas luar biasa dan mampu memberikan solusi inovatif yang segar dalam proyek-proyek yang mereka tangani,” ujarnya.
Salah satu strategi ampuh untuk mengubah persepsi negatif terhadap Generasi ini adalah dengan membangun personal branding yang kuat. Di era interconnected ini, personal branding menjadi instrumen efektif dalam menciptakan citra diri positif, baik di dunia maya maupun nyata. Platform media sosial seperti LinkedIn, Instagram dan TikTok menjadi panggung bagi Gen Z untuk memamerkan keterampilan dan kepribadian mereka kepada audiens yang lebih luas.
Riska menekankan. “Personal branding bukan hanya tentang kehadiran di media sosial, tetapi juga tentang bagaimana membawa diri di lingkungan profesional. Ini adalah kunci pembuka peluang karir yang lebih luas bagi Gen Z.” Ia menambahkan bahwa mengenali potensi Gen Z memerlukan pendekatan yang lebih mendalam. Mengingat kecenderungan mereka yang lebih selektif dalam berbagi di media sosial. “Kita perlu lebih jeli dalam menggali potensi mereka. Namun, begitu di temukan, kompetensi mereka bisa sangat menonjol,” tambahnya.
Iqbal Alif Oktrianda, yang mewakili suara Gen Z, berbagi pengalamannya dalam membangun personal branding. “Konsistensi adalah kuncinya. Saya selalu berusaha menampilkan diri seutuhnya, baik di media sosial maupun dalam kehidupan profesional. Dengan begitu, orang dapat mengenali nilai dan keahlian saya. Strategi ini sangat membantu dalam pengembangan karier saya,” ungkapnya.
Diskusi kemudian beralih ke pentingnya kolaborasi lintas generasi sebagai kunci sukses di dunia kerja. Maya menekankan urgensi menciptakan lingkungan kerja yang inklusif bagi Gen ini. “Miskomunikasi antar-generasi sering menjadi akar penyebab berkembangnya persepsi negatif terhadap Gen Z. Padahal, jika kita mampu membangun komunikasi yang baik, potensi kolaborasi antar-generasi sangatlah besar,” jelasnya.
Iqbal menambahkan pentingnya keterbukaan antar-generasi untuk mencapai kolaborasi yang efektif. “Setiap generasi memiliki kekuatan uniknya masing-masing. Jika kita bisa saling memahami, kerja sama akan berjalan lebih lancar dan produktif. Gen Z perlu belajar dari generasi sebelumnya, begitu pula sebaliknya,” tuturnya.
Talkshow “Gen Z: Prove the Critics Wrong!” berhasil memberikan perspektif baru tentang bagaimana Generasi ini dapat memanfaatkan teknologi. Serta membangun personal branding positif. Agar dapat menghadapi tantangan di dunia profesional. Dengan bimbingan yang tepat dan pendekatan yang inklusif, Gen ini dapat mengubah stereotip yang melekat pada mereka dan menjadi aset berharga dalam berbagai industri.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa dengan pemahaman yang lebih baik dan kolaborasi yang erat antar generasi, dunia kerja dapat menjadi arena yang lebih dinamis dan produktif. Dengan segala potensi dan tantangannya, siap membuktikan diri dan memberikan kontribusi signifikan dalam membangun masa depan yang lebih cerah.
.(***)






