trenddjakarta.com – Umat Kristiani di seluruh dunia tengah menjalani Pekan Suci. Di mulai pada Minggu Palma (13/4/2025) dan akan berpuncak pada Minggu Paskah (20/4/2025). Pekan Suci yang di rayakan tahunan ini, merupakan bagian integral dari masa prapaskah. Sebuah periode persiapan spiritual untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus yang di yakini memulihkan martabat seluruh ciptaan Allah termasuk manusia. Dan tentunya juga harus berdampak pada alam lingkungan sekitarnya.
Prapaskah di tandai dengan praktik doa, amal kasih, pantang dan puasa (selama masa Prapaskah). Tujuan laku spiritual ini bagi umat Kristiani untuk mencapai kemenangan atas dosa. Harapan akan bangkit bersama Kristus dan pembaharuan seluruh ciptaan. Laku spiritual rutin tersebut di pandang perlu berdampak nyata baik bagi pribadi (kesalehan dan ketaqwaan) maupun sosial (kebaikan bersama dan alam).
Sebagian umat berpendapat, rutinitas itu seharusnya tidak hanya menjadi serangkaian ritual, tetapi berbuah nyata dalam kehidupan umat Kristian. Tercermin dalam tindakan nyata bagi sesama dan lingkungan alam. Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebutnya dalam program priotasnya. “Sgama berdampak bagi manusia dan alam”. (ekoteologi).
Saat ini, dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini, di hadapkan pada dua isu global krusial dan mendesak. Yaitu dehumanisasi dan krisis lingkungan. Tak berlebihan, harapannya perayaan Paskah dapat berkontribusi pada aksi cinta kemanusiaan dan pelestarian lingkungan hidup. Hidup beragama dan beriman kita harus berdampak kehidupan bersama dan lingkungan alam.
Makna Perayaan Pekan Suci
Pekan Suci di awali dengan Minggu Palma. Yang mempertemukan nubuat tentang kemuliaan Kristus sebagai Raja dengan pengumuman tentang penderitaan-Nya. Pada Minggu Palma, umat Kristiani mengenang kedatangan Yesus ke Yerusalem yang di sambut dengan meriah. Di lambangkan dengan lambaian daun palma. Peristiwa ini di rayakan melalui perarakan daun palma. Sementara kesengsaraan Kristus di refleksikan dalam pembacaan Kisah Sengsara saat Ekaristi. Kemeriahan ini akan berakhir dengan mengenang peristiwa sengsara dan penyaliban seorang “Raja”.
Bagi umat Kristiani, Yesus adalah Raja semesta alam, bukan dalam pengertian kekuasaan duniawi, melainkan sebagai Pencipta dan Penebus. Teologi Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh. 1:1-3; Kol 1:15-17), melalui-Nya segala sesuatu di ciptakan dan di dalam Dia segala sesuatu beroleh kehidupan.
Umat Kristiani merayakan inti dari karya Penebusan melalui Tri Hari Paskah. Yang meliputi Misa Sore Perjamuan Terakhir pada Kamis Putih, Jumat Agung dan Vigili Paskah hingga Minggu Paskah. Rangkaian perayaan selama tiga hari ini memperingati penyaliban, pemakaman dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kamis Putih merupakan momen mengenang Perjamuan Malam Terakhir, saat Yesus menginstitusikan Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imama. Serta memberikan perintah tentang cinta persaudaraan. Injil pada Kamis Putih (Yoh. 13:1-15) meneladankan kasih melalui tindakan membasuh kaki para murid. Yesus bersabda, “Jikalau Aku Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.”
Lalu Jumat Agung, Gereja merenungkan penderitaan Yesus Kristus. Mempelainya Gereja, menghormati Salib-Nya, mengenang kelahiran Gereja dari lambung Kristus kala berada di kayu salib. Dan mendoakan keselamatan seluruh dunia. Penghormatan Salib Kristus menjadi inti perayaan ini. Bukan sebagai penyembahan berhala, melainkan sebagai pengakuan atas pengorbanan Yesus yang mengubah salib menjadi simbol kemenangan atas dosa dan maut. Untuk keselamatan manusia dan pembaruan seluruh ciptaan (Rom 8:19-23). Martabat manusia dan seluruh ciptaan di pulihkan kembali.
Sabtu Suci atau Malam Paskah adalah momen mengenang Yesus turun ke tempat penantian, dunia orang mati. Beristirahat setelah menyelesaikan misi penebusan-Nya. Pada malam ini, Gereja berjaga dalam doa, menantikan kebangkitan Tuhan.
Minggu Paskah merayakan kebangkitan Kristus dari alam maut. Perayaan ini bukan sekadar peringatan. Melainkan penegasan bahwa umat Kristiani telah di bebaskan dari dosa dan di panggil untuk bangkit menuju hidup baru. Menjadi saksi Injil dan kehidupan kekal bersama Tuhan. Bangkit untuk mewartakan kebangkitan Kristus dalam bentuk cinta kemanusiaan dan perawatan bumi.
Cinta Kemanusiaan dan Alam
Paskah memiliki kaitan erat dengan seruan cinta kepada sesama dan pelestarian alam. Momen ini sangat tepat untuk memperkuat semangat cinta kemanusiaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Paskah menegaskan kembali kasih Allah yang universal bagi seluruh umat manusia dan ciptaan. Serta menjadi momen pemulihan hubungan yang rusak akibat dosa. Kebangkitan Kristus mengajarkan bahwa kasih Allah melampaui batas-batas kemanusiaan. Menunjukkan solidaritas-Nya dengan penderitaan manusia dan menjanjikan kehidupan baru. Hal ini mendorong umat Kristiani untuk mencintai sesama dengan tulus. Memperjuangkan keadilan, membela kaum lemah, kecil dan miskin
Bagi umat Kristiani, alam semesta adalah ciptaan Allah yang harus di jaga dan di hormati. Kebangkitan Kristus membawa pesan pemulihan bagi seluruh ciptaan. Oleh karena itu, umat Kristiani di panggil untuk merawat lingkungan sebagai bagian dari iman mereka. Menyadari bahwa manusia memiliki tanggung jawab ekologis untuk memelihara ciptaan Allah.
Seruan Aksi Nyata
Refleksi teologis atas Paskah mendorong suatu gerakan nyata. Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), melalui materi pendalaman dan Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025 selama empat pertemuan. Mengajak umat Katolik untuk menggali spiritualitas inkarnasi, melihat realitas kemanusiaan dan krisis iklim dengan hati seperti Yesus. Dan berkomitmen pada aksi nyata bagi kemanusiaan dan pelestarian lingkungan.
Di tingkat komunitas, seperti yang penulis alami, aksi nyata ini terwujud dalam pembagian sembako dan THR bagi yang membutuhkan. Serta gotong royong menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah banjir. Umat memberikan sebagian rejeki mereka untuk membantu mereka yang lemah dan kurang mampu.
Seruan aksi nyata ini selaras dengan Deklarasi Istiqlal yang di tandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Deklarasi tersebut menyoroti krisis dehumanisasi (tercermin dalam berbagai konflik global). Dan krisis iklim sebagai masalah mendesak yang perlu di atasi bersama oleh seluruh umat beragama.
Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal menyerukan umat lintas agama untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan melestarikan lingkungan. Seruan ini sejalan dengan Ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus yang menghubungkan iman Kristiani dengan tanggung jawab ekologis. Dan menyerukan “pertobatan ekologis”. Mengajak semua orang untuk menjaga alam sebagai warisan yang layak bagi generasi mendatang.
Sebagai aksi nyata dan dalam rangka memperingati Hari Bumi 2025. Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar mencanangkan penanaman sejuta pohon Matoa pada 22 April 2025. Ini sebagai aksi nyata Penguatan Ekoteologi salah satu Program Prioritas Kementerian Agama 2025-2029. Di harapkan, aksi nyata ini dapat meningkatkan kesadaran umat beragama dalam merawat lingkungan.
Paskah menjadi salah satu landasan spiritual yang kuat bagi umat Kristiani untuk memperkokoh cinta kasih terhadap sesama dan alam. Tindakan konkrit di butuhkan sebagai aksi nyata. Hidup beragama kita menjadi berdampak sosial. Perayaan ini mengingatkan bahwa seluruh ciptaan adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Selamat Paskah!
Sumber : Pormadi Simbolon, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Banten
(***)