
trenddjakarta.com, JAKARTA – Tren parfum lokal di Indonesia terus menunjukkan eksistensi yang kuat. Salah satu merek yang menonjol dalam pasar ini adalah Bali Surfer Perfume. Yang menghadirkan aroma tropis dengan semangat gaya hidup aktif ala peselancar. Bukan sekadar wewangian, parfum ini membawa filosofi dan karakter khas budaya Bali ke dalam setiap tetes parfumnya.
Bali Surfer lahir dari kecintaan owner terhadap dunia selancar dan parfum. Menurut Rico Babaheer, PIC Bali Surfer. Ide ini muncul dari pengalaman personal owner yang melihat surfing sebagai healing sekaligus gaya hidup penuh semangat.
“Kami ingin menghadirkan sesuatu yang bukan hanya aroma, tapi juga jiwa dari gaya hidup itu. Owner sudah lama berkecimpung di dunia parfum. Lalu terinspirasi dari budaya surfing yang di anggap sebagai healing dan sarana untuk mengisi energi,” ungkap Rico.
Identitas brand ini tertanam kuat dalam nama dan semangatnya. Kata “Bali” merepresentasikan nuansa tropis dan budaya Indonesia, sementara “Surfer” menggambarkan dinamika dan gaya hidup aktif.
“Sederhana, ketika kita bicara Bali Surfer, ada kata ‘Bali’ yang merupakan pulau tropis mewakili Indonesia. Sementara ‘Surfer’ di wakili oleh raga, yang menunjukkan kedinamisan dan olahraga aktif. Jadi ini menjadi identitas utamanya,” jelas Rico.
Menghadapi maraknya parfum “dupe” atau imitasi aroma dari brand ternama dunia. Bali Surfer memilih jalur berbeda: tetap setia pada keaslian identitas.
“Ya, kami berusaha tidak meniru. Karena benang merahnya adalah menciptakan parfum yang sesuai dengan iklim tropis Indonesia,” tegas Rico.
Meski di kembangkan untuk iklim tropis, parfum Bali Surfer tetap mampu menyesuaikan diri saat di bawa ke negara beriklim dingin.
“Beberapa teman kami bawa parfum ini ke luar negeri, dan tetap cocok di gunakan,” ujarnya.
Strategi pemasaran Bali Surfer bertumpu pada event komunitas dan keterlibatan para influencer. Peluncuran produk sering di lakukan melalui bazar dan pameran wewangian.
“Kami launching produk di event seperti ini, contohnya Perfume Pop Market. Kami juga merangkul teman-teman influencer dan komunitas,” ujar Rico.
Para influencer dan komunitas parfum memiliki peran penting dalam memperkenalkan produk melalui narasi yang mudah di pahami dan teknis.
“Teman-teman komunitas dan influencer bisa menjelaskan secara teknis, mereka paham notes yang ada dan menggambarkannya dengan baik,” tambahnya.
Sejak berdiri pada 2021, Bali Surfer terus mengembangkan aroma dengan bereksperimen pada bahan-bahan wewangian.
“Kami sering berkreasi karena parfum punya banyak ingredients, seperti citrus dan lain-lain. Kami coba mencampur bahan-bahan untuk memastikan cocok di iklim tropis Indonesia. Jika cocok, baru di jadikan parfum,” jelas Rico.
Selain aroma, sisi visual Bali Surfer juga di perhatikan serius. Estetika tropis di tampilkan lewat kemasan dan ilustrasi yang selaras dengan semangat Bali.
“Kalau di lihat, desain kami punya benang merah. Di stiker, kardus, atau botol ada lukisan dan warna yang menonjolkan tone Bali Surfer,” kata Rico.
Parfum ini tersedia dalam dua ukuran: 37 ml dengan harga Rp110.000– Rp150.000 dan 100 ml di kisaran Rp200.000–Rp300.000 (umumnya Rp225.000). Semua produk menggunakan konsentrasi Eau de Parfum (EDP) yang di kenal tahan lama.
Varian populer antara lain:
– Papan Selancar for Her – aroma fruity manis perpaduan semangka dan stroberi.
– Blue Point – aroma citrus, floral, dan oceanic.
– Kuta 7 AM / 7 PM – kombinasi lychee, jasmine, bamboo, dan tea.
– The Ubud, Dreamland, Cliff – masing-masing merepresentasikan lokasi ikonik di Bali.
Distribusinya sudah menjangkau seluruh gerai Aeon dan bulan depan akan ada di kota Surabaya. Sementara itu, di Bali sendiri, brand ini sedang menjajaki kerja sama dengan sejumlah toko ritel lokal.
“Di Aeon tersedia tester, jadi orang bisa coba langsung. Untuk offline store di Bali memang belum ada. Tapi itu cita-cita owner, karena inspirasi kami dari Bali dan ingin kembali ke sana,” tutur Rico.
Bagi Bali Surfer, tidak semua aroma harus di sukai semua orang, terutama di tengah maraknya parfum gaya Timur Tengah. Justru, hal ini menambah kekayaan karena keberagaman selera dan preferensi.
“Masing-masing punya pasar sendiri. Misalnya, ada yang suka parfum Timur Tengah, itu sah-sah saja. Tapi Bali Surfer tetap punya tempat sendiri, dan sejauh ini responsnya positif,” tutup Rico.
(***)