Dialog Nasional Resort Nagrak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Trenddjakarta.com – Pemulihan ekosistem yang dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasioanal Gunung Gede Pangrango (TNGGP) bekerjasama dengan Conservation international (Cl) Indonesia dan dikit industries di Resort Nagrak Taman Naslonal Gunung Gede Pangrango (TNGGP). berhasil mengembalikan lahan terbuka kembali menjadi hutan. Program bernama Green Wan tersebut dimulai sejak tahun 2008 dan berfokus pada 300 hektar area yang merupakan bagian dari wilayah perluasan taman nasional pada tahun 2003. Keberhasilan mu dapat tercapai dengan pendekatan berbasis masyarakat yang menyatukan aspek sosial,ekologi.dan ekonomi dan” dalam programnya. serta adanya upaya penanaman dan pengawasan berkala dengan kolaborasi, yang kuat antara para pemangku kepentingan terkait. Green Wall merupakan salah satu dart Inisiatif pemulihan ekosistem yang berhasil di Indonesia dan pertama kalinya daiam sebuah Taman
Nasional di Pulau Jawa.

Setelah satu dekade. 300 lahan terbuka tersebut kembali menjadi hutan yang menyediakan banyak manfaat dan Iayanan bagi masyarakat. Lebih dari 4.000 orang di sekitarnya memperoleh manfaat yang beragam dari hutan seperti akses air bersih. Listrik, dan alternatif mata pencaharian yang digunakan dalam kehidupan mereka, seperti area rekreasi dan pembelajaran. Beberapa spesies satwa liar pun saat ini sudah tinggal di dalam hutan tersebut, seperti Macan Tutul Jawa Selain itu tercatat Iebih dari 50 jenis burung telah menghuni area tersebut.

Ir. Wiratno, M.Sc., Direktur Jenderal KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan bahwa upaya yang dilakukan
dalam program Green Wall adalah pembelajaran yang sangat berarti da|am pemulihan ekosistem, dimana pemerintah, LSM, sektor swasta dan masyarakat secara bersinergi dan bahu membahu menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan tidak mencederai rasa keadilan masyarakat. Program ini tidak hanya berhasil menghutankan kembaIi TNGGP, tapi juga meningkatkan kemandirian masyarakat secara ekonomi sehingga tidak menggantungkan hidupnya Iagi ke dalam kawasan TNGGP secara Langsung (exploitatif).

Dengan berhutannya kembali kawasan tersebut, masyarakat menerima manfaat secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui aneka manfaat hutan. “Program ini sukses melaksanakan beberapa pendekatan baru dalam Nangkup konservasi. Saya harap ini dapat dijadikan pembelajaran dan wawasan, serta dapat dilakukan hal yang serupa pada kawasan lain di Indonesia. Ada Iebih dari 4.100 ha di TNGGP dan juga lahan kritis lainnya di Indonesia yang perlu dipulihkan ekosistemnya melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan.

Wahju Rudianto, S.pi., M.Si. Kepala Balai Besar TNGGP menambahkan bahwa keunikan program lni adalah perawatan, pengawasan, dan evaluasi berkelanjutan setelah penanaman pohon pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan tipologinya,
Bersama dengan masyarakat dan para LSM, kami mengatur secara berkala untuk mengawasi pohon yang telah ditanam untuk memastikan mereka dapat tumbuh dan menjadi besar. Pendekatan ini hampir mirip dengan mandat Presiden Joko Widodo saat Hari Penanaman Pohon Nasional pada tahun 2017 bahwa menanam pohon dipastikan hidup. Kami telah sukses mengimplementasikan hal ini selama ini.

Dialog Nasional yang bertema “kemitraan Publik Swasta Dalam pemulihan Ekosistem Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diadakan Rabu 3/10/2018 Hotel pullman Thamrin Jakarta Pusat.(Td/Sunarti)