Manoj Punjabi : “OTT dan Bioskop Merupakan Dua Jenis Bisnis yang Berbeda”

Trenddjakarta.com – Kreasi (Koperasi Seniman Indonesia), suatu wadah bagi para pelaku seni, bekerja sama dengan Demi Film Indonesia (DMI) dan Indonesia Digital Creative Industry Society (MIKTI) mengadakan Webinar masih dalam rangka menyambut Hari Film Indonesia 2021. Tema yang diangkat dalam acara Webinar tersebut adalah “Bisakah Industri Film Indonesia Andalkan Platform Digital OTT?”. Acara Webinar ini diadakan pada Hari Senin, (05/04/2021) pukul 16.30 WIB. Adapun narasumber yang hadir, antara lain CEO MD Picture, Manoj Punjabi dan Artis senior yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Kreasi dan Ketua PPFI, H.Dedi Mizwar.

Dalam webinar tersebut Manoj Punjabi mengatakan “Perfilman Indonesia dan OTT merupakan unsur yang berbeda dan bisa diadakan kerjasama. Beberapa film produksi MD sudah bekerjasama OTT dan juga di bioskop. OTT menurut saya tidak bisa menggantikan bioskop. OTT platform tersendiri. Kita bisa membuat sendiri untuk versi OTT nya,” ujar Manoj.

Menurutnya, dengan pandemi ini, OTT dan bioskop dua jenis bisnis yang berbeda. OTT memberikan kesempatan untuk film Indonesia tayang.
Manoj juga menjelaskan agar pemilihan film untuk OTT harus lebih selektif kembali.”Kita harus menayangkan film yang bagus dan berkualitas untuk bisa rilis di OTT dan juga di bioskop. Tinggal perusahaan perfilman saja yang bisa mengatur strategi pasar kedepannya,”pungkas Manoj.
Manoj mengungkapkan bahwa bisa diatur untuk pemutaran film di OTT dan Bioskop agar bisa menarik jumlah penonton. Menurutnya, tiap platform masing-masing bisa melihat dari survey dilapangan ketika pemutaran film ditayangkan.

Dilain kesempatan Dedi Mizwar mengatakan bahwa Industri perfilman dengan adanya platform digital OTT bisa menjadi pilihan. Tapi menurut Dedi, bioskop tidak dapat tergantikan untuk penayangan film.

“Saya kira dengan situasi pandemi saat ini, OTT bisa sangat membantu para cinemas. Mungkin profit untuk bioskop bukan mati, tapi menurun. Bisa dicoba seperti di luar negeri, bisa diputar film secara bersama OTT dan bioskop,” ungkapnya lagi. Ia optimis masa depan bioskop masih bisa hidup, walaupun pembatasan jumlah penonton. OTT menurut perspektif Dedi Mizwar, justru menjadi peluang bagi para pelaku film yang kreatif. Memang beberapa produser memberhentikan produksi untuk film di bioskop.

Dedi ungkapkan hal tersebut karena masih diberlakukannya protokol kesehatan.”Bioskop harus menjadi tempat yang aman dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dengan protokol kesehatan yang diterapkan di bioskop, orang mau ke sana, namun tetap harus menayangkan film yang bagus dan menarik penonton bioskop,”ujar Dedi lagi. Ia juga mengatakan untuk film di putar di OTT atau bioskop diperlukan “the man behind the gun” agar produksi filmnya bisa memenuhi keinginan para penonton. Memang series di OTT yang ditayangkan jika menarik, menurut Dedi akan bisa berlanjut kedepannya.

Diakhir webinar ini bahwa diharapkan industri film Indonesia bisa bersaing didunia perfilman dunia dengan memanfaatkan teknologi digital OTT kedepanya. Munculnya OTT dan bioskop bisa menayangkan film-film yang kreatif dari para kreator seni film Indonesia.(Ull)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *