Punya Hewan Peliharaan untuk Anak, Yes Or No ? Simak Kemampuan Apa Saja yang Bisa Didapat dengan Mengadopsi  Peliharaan Keluarga

trenddjakarta.com – Ketika masa pandemi, ada peningkatan 78% untuk keluarga mengangkat hewan peliharaan menurut riset dari Forbes. Memiliki hewan peliharaan seperti anjing dan kucing di periode
pandemi akibat ada jarak antar individu, dipercaya membantu kesehatan mental manusia.

Ketika lockdown, memiliki hewan peliharaan membuat manusia merasa tidak sendirian apalagi bagi sebagian orang yang tinggal sendiri di ruang kecil dan terbatas untuk berinteraksi.

Mengajak anjing berkeliling menghirup udara segar atau sekadar bermain dengan kucing
peliharaan di sofa membuat perasaan terisolasi dari dunia luar sedikit berkurang.
Tidak hanya untuk diri sendiri, memiliki hewan peliharaan dalam keluarga juga membantu anak-anak memiliki kegiatan serta tanggung jawab di rumah. Ketika isolasi secara global terjadi hampir 2 tahun, anak-anak punya keterbatasan berinteraksi dengan teman sebaya atau komunitasnya. Dengan adanya teman seperti anjing, kelinci, ikan atau kucing, anak-anak memiliki kegiatan yang meningkatkan kemampuan bersosialisasi, menjaga kesehatan mental dan memberikan kesempatan untuk anak bertanggungjawab.

Memiliki binatang peliharaan dipercaya meningkatkan beberapa kemampuan pada anak, antara lain rasa menyayangi, loyalitas, dan juga kesabaran. Dengan memiliki tanggung jawab memelihara binatang yang dipilih, ada relasi yang ditimbulkan dan menumbuhkan kasih sayang terhadap pemilik dan binatangnya. Bukan hanya dengan kewajiban memberi makan atau mengajak jalan-jalan, tetapi juga sentuhan fisik yang dilakukan menimbulkan rasa menyayangi
ke kedua pihak.

Beberapa peliharaan dikenal dengan sifat loyalnya, seperti anjing. Hubungan yang resiprokal juga bisa terbangun dan menciptakan loyalitas jangka panjang. Film Hachi: A Dog’s Tale yang merupakan adaptasi film Jepang Hachiko Monogatari, bercerita tentang loyalitas Hachiko terhadap tuannya yang dibawa sampai mati. Tentunya hubungan ini juga memiliki risiko ketika binatang peliharaan meninggal, harus siap merasakan dukacita dan berdamai dengan perasaan kehilangan. Hal ini juga menjadi pelajaran berharga bagi anak untuk siap bertanggung jawab dengan perasaan yang mungkin terjadi kemudian hari.

Hal lain yang bisa dikembangkan lewat tanggung jawab memiliki hewan peliharaan adalah kesabaran. Berurusan dengan makhluk hidup lain yang memiliki cara berkomunikasi yang berbeda tentu menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana mengetahui jika anjing atau kelinci sudah lapar atau ingin diajak jalan-jalan? Bagaimana jika mereka tidak patuh potty training dan berujung buang air di mana-mana? Tentu saja ada proses belajar untuk kedua belah pihak.

Mengajarkan anak-anak untuk bisa sabar menghadapi peliharaannya juga menjadi proses yang panjang. Anak-anak dengan hewan peliharaan juga memiliki kesempatan mengembangkan kemampuan sosial di tengah komunitas. Berada di kelompok sesama pecinta anjing misalnya, membuat anak-anak memahami ada rasa kebersamaan di antara mereka. Belum lagi bisa membantu menjadi ice breaking di tengah kelompok yang asing.

Tentu saja semua bukan tanpa tantangan. Seperti di serial DOMIKADO ketika Cis-Cis memiliki peliharaan Lala, seekor ulat yang kemudian berubah menjadi kupu-kupu juga menimbulkan perasaan kehilangan. Lalu Bea yang dianggap serba berantakan dan tidak bisa bertahan memiliki hewan peliharaan juga perlu berusaha lebih agar Tuan Keong tidak hilang atau kelaparan. Jadi sudah siap untuk mengadopsi hewan peliharaan dan bertumbuh bersama mereka?
(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *